Mahasiswa berprestasi layak menjadi milik siapapun tak terkecuali mahasiswa bidikmisi. Imam Arifin, merupakan mahasiswa bidikmisi dari Program Studi Ilmu Tanah 2017 Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ia berasal dari sebuah desa yang bernama Sumampir di daerah Purbalingga, Jawa Tengah. Imam telah membuktikan bahwa mahasiswa bidikmisi pun mampu menyandang predikat sebagai mahasiswa berprestasi dengan terpilihnya menjadi juara 1 Mawapres UNS 2020. Kegagalan tak membuatnya patah semangat hingga sederet prestasinya sangat mengagumkan. Ketekunan telah mengantarkannya menjadi Mawapres 1 Sarjana UNS 2020. Bahkan beberapa waktu lalu, Imam baru saja terpilih menjadi Delegasi Student Exchange AIMS dari Program Universiti Malaysia Sabah (2019).
Menjadi juara 1 mawapres tentunya membuat Imam merasa senang, bangga, dan bersyukur terlebih lagi kemenangan ini jauh di luar ekspektasinya. Imam mengatakan bahwa terpilihnya menjadi juara 1 mawapres ini di luar dugaannya karena merupakan pertama kalinya bagi prodi ilmu tanah. Imam tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa ia mampu berada pada tahap ini. Dia bahkan tidak pernah menargetkan menjadi mawapres sebelumnya, keinginan menjadi mawapres sempat terlintas dalam pikirannya saat menjadi mahasiswa baru, namun tidak terlalu berambisi. Imam awalnya hanya ingin mencoba saja saat ada pembukaan pendaftaran calon mawapres, namun siapa sangka bahwa tindakan inilah yang membuatnya dapat mencapai posisi seperti sekarang ini.
Dalam tahapan seleksi mawapres ini awalnya Imam merasa kurang percaya diri dan menganggap orang lain lebih baik darinya. Namun, untuk membangkitkan kembali semangatnya Imam selalu menekankan pada dirinya yaitu usaha terlebih dahulu, mengupayakan sebaik mungkin kemampuannya, serta mencoba untuk memberikan yang terbaik. Terkait hasilnya, Imam tidak terlalu memikirkannya karena ia percaya setiap usaha pasti ada hasil yang diperoleh sesuai dengan apa yang diupayakan. “Saya selalu menekankan pada diri sendiri bahwa setiap amanah yang diberikan kepada saya maka harus dijalankan dengan sebaik mungkin”, kata Imam.
Imam mengaku bahwa persiapannya untuk tahap seleksi mawapres sangat singkat dan tanpa ada persiapan yang matang. “Banyak kendala yang saya alami saat itu, baik waktu yang mendesak, laptop error, bahkan signal juga menjadi hambatan karena diadakan secara online”, kata Imam. Beberapa hambatan tersebut yang membuat Imam merasa tidak mampu lolos tahap seleksi, karena tidak dapat melakukannya dengan optimal. Dengan adanya keraguan untuk menang, Imam hanya mampu mempersiapkan mental untuk menutupi segala kekurangannya agar dapat memberikan penampilan yang terbaik pada saat seleksi.
Menurut Imam, jika ingin menjadi mawapres setidaknya perlu persiapan jangka panjang pada diri sedini mungkin untuk mempermudah segala persiapan jangka pendek. Imam berkata, “Persiapan yang diperlukan untuk menjadi mawapres yaitu kemampuan menulis (KTI), berbahasa inggris, public speaking, IPK, dan prestasi” setidaknya hal-hal tersebut yang perlu dikuasai dalam jangka panjang karena kemampuan-kemampuan tersebut tidak dapat diperoleh dalam jangka waktu yang singkat.
Tidak berbeda dengan mahasiswa lainnya yang merasakan kejenuhan, Imam juga pernah mengalaminya. Namun, Imam selalu punya cara untuk segera bangkit dari kejenuhan tersebut dengan mengingat orang tua dan keluarganya. “Kita yang tahu sendiri kondisi keluarga kita bagaimana jadi saat kita bermalas-malasan, tentunya akan mengecewakan banyak orang di sekitar kita”, tutur Imam. Yang diperlukan Imam saat mengalami kondisi tersebut yaitu istirahat sejenak sekaligus merenungkan kembali perjuangan orang-orang yang mendukunnya. Imam juga berkata, “Saat kita berjuang untuk keluarga kita maka harus fokus setiap beraktivitas, saat kuliah kita fokuskan untuk kuliah dan kerjakan hal itu dengan baik serta jangan luangkan waktu dengan membuat diri menganggur”. Intinya ia selalu mengupayakan penggunaan waktu sebaik mungkin dengan membuat prioritas sehingga rasa jenuh dapat sedikit teratasi bahkan mungkin dapat hilang.
Sosok inspirasi yang berjasa dalam mengembalikan semangat Imam selama proses seleksi mawapres yaitu orang tua yang selalu ia mintai doa dan dukungan karena kepercayaannya pada keluarga dan orang tua sebagai sejata utama dalam meraih kesuksesan. Imam terinspirasi oleh kakak tingkat prodinya yang pernah menjadi juara 3 mawapres UNS tahun lalu sehingga juga menjadi sosok inspirasinya dalam mengikuti seleksi mawapres. Dosen pembimbingnya selalu membantu dan mengupayakan segala keperluan Imam selama seleksi mawapres ini sehingga menjadikan hal tersebut sebuah rasa tanggung jawab yang besar untuk tidak mengecewakan. Imam merasa bahwa segala yang ia peroleh saat ini sebagai titik balik kebiasaannya sejak dini. Imam mulai terbiasa hidup mandiri dan disiplin waktu sejak kelas 2 SD saat ayahnya meninggal sehingga mengharuskan dirinya untuk tidak menyusahkan ibunya. Mempersiapkan diri untuk seleksi nasional menjadi prioritas Imam saat ini, selain itu dia juga bersiap untuk study lanjut serta memikirkan bisnis-bisnis kecil mengingat ia tidak dapat selalu bergantung pada pemerintah.
Sebagai bagian dari mahasiswa bidikmisi, Imam tidak pernah merasa minder sekalipun karena saat berada di kampus setiap mahasiswa memiliki derajat yang sama hanya kapasitas otak saja yang membedakannya. Dengan demikian, Imam selalu memanfaatkan segala fasilitas dan kesempatan yang ada dengan sebaik mungkin. Menyingkirkan rasa gengsi agar mampu beraksi untuk perubahan positif bagi negeri.
Untuk mahasiswa bidikmisi, Imam berpesan agar jangan pernah berhenti berjuang karena tidak semua pemuda bisa kuliah maka upayakan diri agar dapat bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan sekitar. “Jangan pernah kerdilkan ide, kreatifitas, inovasi yang kita punya dan beranilah untuk melangkah karena langkah kecil bisa menentukan langkah selanjutnya”, tutur Imam. Imam juga mengatakan bahwa mahasiswa bidikmisi merupakan mahasiswa yang unik, memiliki kemampuan, dan semangat hanya saja masih takut melangkah keluar dari zona aman dan bagaimana untuk memanfaatkan peluang. Mahasiswa bidikmisi memiliki ribuan atau jutaan mimpi untuk bisa membanggakan orang tuanya maka jangan pernah membuang waktu hanya untuk berkeluh kesah. Jangan sampai keterbatasan yang kita miliki membatasi kita untuk terus maju dan meraih mimpi.
Demikianlah sedikit cerita dari Imam Arifin sebagai Mawapres 1 Sarjana UNS 2020, dari cerita tersebut terdapat banyak manfaat dan pelajaran yang dapat di ambil. Semoga Imam Arifin dimudahkan pada seleksi nasional kelak sehingga mampu membawa nama baik almamater UNS tercinta.

Powered Komadiksi:
Berprestasi, Mengabdi Untuk Negeri

KomadiksiSmartUNS2020

KabinetTRISAKA

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Line: @zzs4007x @cnb1076x
IG: @komadiksiuns
FB: Komadiksi Smart UNS
Website: komadiksismart.uns.ac.id
Youtube : Komadiksi SMART UNS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *